Me & I

Pandu Nugroho
3 min readOct 24, 2020
Unsplash

Pernah mengalami dalam kondisi seperti ingin melakukan sesuatu hal namun takut dengan omongan orang? Ingin update sama pasangan, takut dibilang bucin? Ingin update pencapaian takut dibilang norak? Bahkan ingin mengutarakan pendapat takut dibilang “Siapp bang jagoo” kalo pernah dan memang sedang mengalami hal tersebut, tenang kamu tidak sendiri.

Semakin berkembangnya sosial media baik dari aplikasi baru dan fitur-fitur yang fungsinya memang untuk mengekspresikan diri, hal tersebut malah menjadi pertimbangan bagi beberapa orang, karena rasa kekhawatiran terhadap omongan orang lain yang lebih dominan.

Hal tersebut mengakibatkan beberapa perubahan, baik dari sikap dan cara pandang, termasuk sikap & cara pandang saya pribadi. Saya belakangan ini memang merasakan keraguan dalam diri saya setiap ingin memposting sesuatu hal, baik hobby baru saya, ataupun konten lucu yang memang biasanya saya sering share konten tersebut baik ke teman atau timeline saya sendiri.

Namun sekarang sudah mulai berkurang, diluar dari keadaan saya yang belum jelas baik status profesi dan tingkat insecure yang melanda, hal tersebut semakin didukung dengan kekhawatiran diomongin orang dari setiap yang mau saya posting. Jadinya banyak pertimbangan, “idih lumayan lah ini kalau di posting, lagi kumpul sama teman-teman” beberapa menit kemudian tidak jadi, karena ada beberapa pertimbangan seperti contohnya “ahh tapi mukanya gelap banget,” niatnya ingin membagikan keseruan bersama teman, namun terbentur dengan fisik yang takut diomongin orang. Sebenarnya salah tidak sih dengan rasa khawatir seperti itu?

Unsplash

Mungkin dari teman-teman yang membaca memiliki sudut pandangnya masing-masing, namun menurut saya rasa khawatir itu perlu, tapi apabila dominan akan menjadi bumerang. Kemarin dalam kelas online ada pembahasan yang menarik mengenai Me & I. Maksudnya apa?

Konsep-konsep Teori Interaksionisme Simbolik

Me & I ini terdapat pada “Teori Interaksionisme Simbolik” yang tercantum pada 2 jenis self-concept (konsep diri). Konsep-konsep penting Interaksionisme Simbolik ini sebenarnya ada 3 macam, ada kesadaran (mind), diri (self) dan masyarakat (society) untuk Me & I ini terdapat pada bagian diri (self).

I” adalah bentuk sikap atau perilaku yang spontan keluar dalam diri kita, atau bisa dikatakan memang itu lah diri kita, kita tau apa yang kita lakukan, kita bisa melihat dan membayangkan diri kita ketika melakukan sesuatu hal, seperti mengutarakan ide yang spontan dalam diri kita, impulsif seperti memberikan tempat duduk kepada ibu hamil, hal tersebut dilakukan berdasarkan diri kita sendiri itu dinamakan “I” dalam teori ini.

Sedangkan “Me” dalam teori ini menjelaskan bahwa konstruksi di sosial, melihat bagaimana orang lain melihat kita. Jadi hal yang ingin kita lakukan ada pembatas seperti “nanti kalo orang lain menilai a, b, c dan d bagaimana?” pemikiran tersebut mengubah sikap kita, sikap yang berubah itu lah yang dinamakan “Me” yaitu perubahan sikap karena adanya pertimbangan dalam diri kita apabila orang lain melihat kita dalam melakukan sesuatu hal.

Contoh: Saya mau memposting soal musik kesukaan saya, namun musik yang saya suka terlalu INDIE dimata orang-orang, jadi saya tidak update, “tidak update” inilah merupakan kegiatan perubahan yang terdapat pada konsep diri saya, yang berupa “Me” bukan “I”. Saya bisa simpulkan bahwa diri saya terlalu “Me” dibandingkan “I” dalam teori ini.

Dalam materi yang saya pelajari ini memang menarik sekali, karena related dengan diri saya saat ini. Untuk teman-teman yang membaca menurut kalian apakah yang self-concept (konsep diri) yang belakangan ini anda alami? Apakah “Me” atau “I”? Bisa dijawab di kolom komentar ya, untuk penempatan tanda hubung atau penulisan yang salah ataupun masukan juga bisa langsung di kolom komentar, terima kasih !

--

--

Pandu Nugroho

Kumpulan keresahan dan pertanyaan dalam benak, yang dituangkan dalam tulisan | Email: pandunugroho19@gmail.com